Pages

Jumat, 28 Januari 2011

Apakah wajar merayakan Hari Valentine?

Pengaruh globalisasi memiliki dampak besar bagi masyarakat, kebudayaan, dan nilai-nilai moral kita. Secara perlahan dan lambat-laut aktivitas-aktivitas sosial yang dulunya dianggap tidak bernilai sekarang telah diterima sebagai sebuah norma - sebuah bagian dan paket dari era modernisasi ini.
Hari Santa Valentine merupakan salah satu contohnya, yang belakangan ini telah booming mendadak dalam masyarakat kita dan sekarang diperingati dengan nuansa “keagamaan” baik generasi muda maupun yang tua. Media memiliki peranan besar dalam mempopulerkan perayaan ini dan dilain pihak telah melahirkan sebuah bisnis empuk untuk menjual pernak-pernik Valentine seperti bunga, coklat, hadiah dan lain-lain. Masyarakat kita terlihat mengikut begitu saja dan menerima kebudayaan global yang pada kenyataannya merongrong akar agama, keyakinan, dan nilai-nilai moral kita.
Kebanyakan orang tidak ambil pusing dan tidak merasa ragu dalam merayakan perayaan ini karena disebut sebagai hari “kasih sayang”. Kelihatannya ada pola pikir umum bahwa walaupun ini merupakan perayaan Kristiani, tidak ada salahnya merayakannya, karena tujuan kita bukan untuk mengikuti Kristiani, tetapi hanya untuk menebarkan cinta dan menunjukkan perasaan kita kepada orang yagn kita cintai. Pola pikir seperti ini sebetulnya tidak memperhatikan kata “St.” dari St. Valentine, sehingga juga melupakan bahwa ini merupakan perayaan Kristiani. Meskipun anda mencoba untuk meyakinkan diri anda bahwa tidak ada salahnya merayakan perayaan ini tetapi sebetulnya anda tahu hakikat apa yang anda lakukan.
Jadi mari kita mengnalisis perayaan ini, memahami asal-usul perkembangannya dan pengaruhnya terhadap masyarakat kita serta bagaimana kita menyikapi hari ini sebagai seorang Muslim dan mengapa.
Asal-Usul Hari St. Valentine:
Sejarah kristiani menyebutkan banyak asal-usul berbeda untuk hari Valentine ini, yang dikaitkan dengan santa-santa (saint) berbeda berdasarkan nama Valentine. Jadi asal-usul Kristiani dari hari ini juga dilingkupi oleh misteri. Perayaan ini bukan benar-benar merupakan perayaan Kristiani, karena dari sejarah diketahui bahwa pada kebudayaan paganisme (penyembahan batu dan berhala) Romawi dan Yunani, bulan Februari selalu dianggap sebagai bulan percintaan, bulan kesuburan dan bulan keturunan, dan sejarah membuktikan bahwa hari St. Valentine bersumber dari dua perayaan Romawi yanng paling cabul dan melibatkan kegilaan seksual yakni Lupercalia dan Perayaan Juno Februata, yang keduanya dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Lupercalia
Festival ini dirayakan pada tanggal 15 Februari yang diadakan dengan tujuan untuk merayakan kesuburan atas nama dewa Romawi Lupercus yang juga disebut Faunus, sebuah perwujudan dari kesuburan, seksualitas, dan nafsu birahi. Dewa ini dilukiskan berkepala dan berbadan manusia tetapi sepotong badannya adalah kambing dan bertanduk.
Upacara dimulai dengan penyembelihan seekor kambing dan seekor anjing. Para pemuda dilumuri dengan darah hewan ini. Mereka dipakaikan kulit kambing (untuk meniru Lupercus) dan potongan-potongan kecil kulit kambling yang dopotong memanjang, yang disebut sebagai Februa. Mereka kemudian berlari keliling sambil menyerang wanita yang datang ke dekat mereka dengan Februa ini. Ini dianggap menganugerahi kesuburan bagi wanita tersebut.
Perayaan Juno Februata
Perayaan dewi Juno Februata dirayakan setelah upacara Lupercalia. Juno Februa adalah dewi cinta, pernikahan, dan wanita Romawi. Untuk perayaan ini, para wanita menuliskan nama mereka di kertas dan para lelaki akan menarik salah satu dari kertas terseut. Wanita yang namanya tertulis di kertas yang ditarik akan menjadi pasangannya untuk pesta seks pada hari itu.


Kristianisasi Lupercalia dan Juno Februata
Kristianitas sangat dipengaruhi oleh filosopi paganisme Romawi selama pemerintahan Kaisar Romawi Constantine I (288 - 337 S.M) yang menerima kristianitas tetapi perayaan paganisme terus berlangsung dibawah pemerintahannya dan filosofi paganisme juga terintegasi ke dalam kristianitas.
Pada tahun 494 S.M, Paus Gelasius I memutuskan untuk menekan perayaan paganisme. Dia menggantikan Lupercalia dengan Perayaan Purification of Virgin Mary, yang dirayakan sampai sekarang pada tanggal 15 Februari oleh Gereja-Gereja Katolik Ritus Timur.
Juga dikatakan bahwa dia menggantikan Perayaan Juno Februata dengan Hari St. Valentine dan memindahkan hari perayaannya ke tanggal 14 Februari. Perayaan ini tidak lagi melibatkan undian nama seperti sebelumnya tetapi digantikan dengan nama santa Kristian, dimana para pemuda harus mengikuti hari tersebut. Berbagai cerita dan legenda pun muncul, yang dikaitkan dengan banyak orang berdasarkan nama Valentine, untuk memberikan kredibilitas bagi Hari Santa Valentine. Munculnya tokoh-tokoh yang tidak jelas dalam legenda-legenda tersebut labih jauh membuktikan bahwa ini semata-mata merupakan upaya untuk menutupi perayaan paganisme dengan label Kristianitas karena kebudayaan tersebut tidak bisa dihilangkan dari masyarakatnya.
Simbol-Simbol Paganisme
Santa Valentine atau bukan, yang jelas perayaan ini telah kembali ke akar asal-usulnya. Cupid (simbol kasih sayang dalam bentuk seorang bocah telanjang dengan sayap dan busur serta panah), sebuah simbol kasih sayang yang umum digunakan, pada dasarnya merupakan dewa cinta erotik Romawi yang masih muda, yang berasal dari bahasa Latin Cupere - berarti hasrat.
Dewa-dewa dan dewi-dewi Romawi sebetulnya berasal dari Filosofi Yunani dan bandingan Cupid pada masyarakat Yunani adalah Eros - dewa cinta, seks, dan birahi yang utama.
Dampak Sosial Negatif dari Hari St. Valentine
Di barat, hari kasih sayang ini menjadi sebuah hari yang menyedihkan bagi banyak orang yang sendiri dan kesepian. Keinginan dan upaya untuk melakukan bunuh diri meningkat pada hari ini. Depresi Hari Valentine sekarang ini merupakan salah satu faktor umum yang menyebabkan menjamurnya website-website anti Valentine di internet. Pencarian terbaru di Google untuk anti Hari Valentine memunculkan 1.830.000 hasil. Banyak perusahaan penyedia jasa ucapan selamat yang memasukkan kategori Anti Hari Valentine. Kartu-kartu hari valentine yang berbau humor dan bernada sinis juga dipertukarkan dengan kata-kata misalnya:
“Setidaknya kucingku mencintaiku”
“Selamat atas interpretasinya yang keliru dan dangkal terhadap hari kasih sayang”
“Besarnya cintaku padamu = Besarnya pengeluaranku untukmu”
“Saya sangat kesepian”
Bisnis Cari Uang
Hari ini dianggap sebagai bisnis cari uang oleh para perusahaan kartu ucapan, bunga, hadiah, dan coklat untuk menghasilkan lebih banyak uang dengan cara membuat perayaan yang berpura-pura, misalnya mengadakan sesuatu yang mengharuskan seseorang membeli produk mereka - yah, sebuah strategi pemasaran yang kreatif!
Statistik Pengeluaran untuk Hari Valentine
Statistik 2006 memprediksikan bahwa seorang konsumen akan menghabiskan rata-rata $100,89 pada hari ini dan pengeluaran total Hari Valentine akan mencapai $13,70 milyar!
Hari valentine merupakan hari libur pasar flora nomor satu, yang menarik 35 persen transaksi di hari libur. Sekitar 180 juta kartu dipertukarkan, sehingga menjadikan Hari Valentine sebagai hari kedua terbesar untuk memberikan kartu ucapan selamat, menurut Hallmark More lebih dari 36 juta kotak coklat berbentuk LOVE habis terjual pada hari Valentine.

Fakta Tentang Hari Valentine yang Berhasil Diungkap
  • Bukan merupakan perayaan kristiani
  • Tidak ada kaitannya dengan Santa Valentine
  • Pada awalnya berasal dari dua perayaan Romawi paganisme yang mengandung unsur kegilaan seksual: Lupercalia dan Perayaan Juno Februa
  • Perayaan kesuburan, nafsu birahi seks, dan erotika
  • Tidak ada hubungannya dengan pembuktian “cinta suci” (cinta yang tidak berlandas nafsu belaka)
  • Perlakuan wanita sebagai objek birahi, hasrat, dan kejantanan.
  • Untuk menghormati dewa-dewa dan dewi-dewi Romawi
Dari pemaparan sejarah di atas sudah jelas tentang asal-usul hari St. Valentine dan alasan-alasan mengapa Muslim dan bahkan Kristiani tidak layak merayakan perayaan ini karena asal perayaan ini adalah paganisme (penyembahan berhala dan batu) dan ritual-ritualnya sangat melecehkan dan merendahkan wanita.
Meski demikian, beberapa orang masih keberatan dan bersikeras bahwa tidak ada yang salah dengan merayakan perayaan ini karena tujuan kita bukan untuk mengikuti orang-orang Romawi dan penyembah berhala. Ada beberapa yang mengaitkan hal ini dengan penggunaan mobil dan handphone seraya mengatakan bahwa jika Islam begitu kaku tentang mengikuti non-muslim maka kita juga tidak boleh menggunakan alat-alat teknologi yang dibuat oleh orang-orang non muslim.
Saya hanya ingin mengklarifikasi bahwa ada perbedaan besar antara mengikuti perayaan kebudayaan/keagamaan dengan menggunakan “teknologi”. Islam tidak seperti apa yang dipikirkan oleh segolongan orang bahwa teknlogi itu buruk sehingga mereka melarang menggunakan telpon dan listrik.
Rasulullah Muhammad (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) sendiri menggunakan barang dan peralatan yang dibuat oleh orang-orang non Muslim. Seperti halnya unta dan kuda yagn digunakan untuk transportasi di zaman Rasulullah, kita juga menggunakan mobil, kereta api, dan lain-lain, seperti juga kulit binatang yagn digunakan untuk menulis dan komunikasi, kita menggunakan telpon. Islam tidak melarang menggunakan teknologi yang dibuat oleh non Muslim. Islam hanya meminta umat Muslim untuk mempertahankan identitas mereka dan tidak melebur dengan kebudayaan dan tradisi non muslim. (adapted from javeria).
Jadi wajarkah kita merayakan Hari Valentine? Bagaimana menurut anda?
Silahkan Komen disini!!!

0 komentar:

Posting Komentar